Minggu, 23 November 2014

Learn to Deny

Akhir- akhir ini aku sering merenung, mencoba memikirkan apa yang salah denganku. Akhir- akhir ini aku merasa sering kali mengecewakan orang yang terlalu berharap kepadaku. Padahal kalau mau dipikir, mana ada orang yang dengan sengaja mengecewakan orang lain jikalau dia bukan musuh. Aneh, menurutku tidak ada kekecewaan yang disengaja, semua ada alasan.

Terkadang kita terlalu takut untuk membuat orang lain kecewa, padahal diakhir cerita bisa saja kita membuatnya lebih kecewa. Hal itulah yang sering kualami. Aku sadar kalau terlalu baik itu menyakitkan. Aku selalu deangan mudah menerima seluruh tawaran permintaan orang lain. Susah untuk menolak

Bahkan, sampai saat ini tidak pernah terlintas jika aku dimanfaatkan dengan permintaan mereka, padahal banyak orang yang menegur kalau aku cuman dimanfaatkan beberapa pihak. Itu urusan mereka, niatku baik tulus untuk membantu, bukan mengecewakan.

Tapi, terkadang semua tidak seperti yang kita bayangkan. Rencana yang disusun lebih awal bisa menjadi kacau jika kemudian ada permintaan lain yang harus dipenuhi. Sigap respon jika ada yang minta tolong aku "Iya"kan saja. Dan kemudian diakhir cerita malah "mengecewakan". Beberapa janji tidak terpenuhi hanya karena sepenggal kata "Iya".

Aku teringat seseorang yang pernah berkata kalau aku terlalu baik dan menyarankanku untuk belajar menolak. Saat ini aku mulai menyesuaikan untuk menolak, jikalau memang itu tidak terlalu penting akan ku tolak. Jikalau itu bisa kau kerjakan sendiri, akan ku tolak. Jika itu bisa mengganggu janjiku, akan ku tolak. Tergantung seberapa penting dan mendesaknya, akan ku tolak.

I Will Learn to Deny

Dari hal yang kualami aku belajar untuk tidak terlalu berharap kepada siapapun selain kepada diri sendiri. Menjadi terlalu baik itu sangat menyakitkan, tetapi mengecewakan akan lebih menyakitkan. Menolaklah sebelum kecewa menjadi kekecewaan yang lebih menyakitkan, karena semua ada alasan

Tidak ada komentar: